Tunggu, aku tertipu. Sungguh. Aku kira aku salah menempatkan diriku, sehingga semua mata mengarah padaku. Apa aku harus kembali mundur? Lalu menghitung dan mengurangi langkahku? Tapi tunggu! Aku tertipu, engkau tahu?! Tidak semuanya menjadi beban yang harus kuemban sendiri. Karena rasanya Dia yang membawaku kesini, di ruang yang penuh mimpi. Membangunkanku dari tidur yang kemarin, memberi warna dihidupku yang suram; kelam tak berarti apa-apa.
Tapi, apakah engkau tahu? Tatapan mata itu menyiksaku. Meninggalkan bekas tersayat di dalam dadaku. Mata itu seolah mengutukku, memberi mantera untuk memusnahkanku. Katakan padanya "Aku tidak takut!" karena dalihnya diapun seorang hamba yang harus dikutuk.
Kejamnya...
Sedangkan aku tidak berbuat apa-apa. Aku hanya mengikuti takdirku hingga hari ini, tapi mengapa dia merasa aku mengganggu. Jalan disampingnya pun aku tak berani. Aku punya jalanku sendiri; sebuah setapak yang tersusun rapi, diantara dinding yang berjejer kokoh. Dan mata itu, kenapa masih sibuk sendiri?
Tapi, apakah engkau tahu? Tatapan mata itu menyiksaku. Meninggalkan bekas tersayat di dalam dadaku. Mata itu seolah mengutukku, memberi mantera untuk memusnahkanku. Katakan padanya "Aku tidak takut!" karena dalihnya diapun seorang hamba yang harus dikutuk.
Kejamnya...
Sedangkan aku tidak berbuat apa-apa. Aku hanya mengikuti takdirku hingga hari ini, tapi mengapa dia merasa aku mengganggu. Jalan disampingnya pun aku tak berani. Aku punya jalanku sendiri; sebuah setapak yang tersusun rapi, diantara dinding yang berjejer kokoh. Dan mata itu, kenapa masih sibuk sendiri?
0 komentar:
Posting Komentar